Jumat, 11 Maret 2011

Encyclopedia of World Biography on Ellen Ochoa

A specialist in optics and optical recognition in robotics, Ellen Ochoa (born 1958) is noted both for her distinguished work in inventions and patents and for her role in American space exploration. She is now the veteran of three Space Shuttle flights.

Among Ellen Ochoa's optical systems innovations are a device that detects flaws and image recognition apparatus. In the late 1980s she began working with the National Aeronautics and Space Administration (NASA) as an optical specialist. After leading a project team, Ochoa was selected for NASA's space flight program. She made her first flight on the space shuttle Discovery in April 1993, becoming the first Hispanic woman astronaut.

The third of five children of Rosanne (Deardorff) and Joseph Ochoa, she was born May 10, 1958, in Los Angeles, California. She grew up in La Mesa, California; her father was a manager of a retail store and her mother a homemaker. Ochoa attended Grossmont High School in La Mesa and then studied physics at San Diego State University. She completed her bachelor's degree in 1980 and was named valedictorian of her graduating class; she then moved to the department of electrical engineering at Stanford University. She received her master's degree in 1981 and her doctorate in 1985, working with Joseph W. Goodman and Lambertus Hesselink . The topic of her dissertation was real-time intensity inversion using four-wave mixing in photorefractive crystals. While completing her doctoral research she developed and patented a real-time optical inspection technique for defect detection. In an interview with Marianne Fedunkiw, Ochoa said that she considers this her most important scientific achievement so far.

In 1985 she joined Sandia National Laboratories in Livermore, California, where she became a member of the technical staff in the Imaging Technology Division. Her research centered on developing optical filters for noise removal and optical methods for distortion-invariant object recognition. She was coauthor of two more patents based on her work at Sandia, one for an optical system for nonlinear median filtering of images and another for a distortion-invariant optical pattern recognition system.

Becomes an Astronaut for NASA

It was during her graduate studies that Ochoa began considering a career as an astronaut. She told Fedunkiw that friends were applying who encouraged her to join them; ironically, she was the only one from her group of friends to make it into space. Her career at NASA began in 1988 as a group leader in the Photonic Processing group of the Intelligent Systems Technology Branch, located at the NASA Ames Research Center in Moffett Field, California. She worked as the technical lead for a group of eight people researching optical-image and data-processing techniques for space-based robotics. Six months later she moved on to become chief of the Intelligent Systems Technology Branch. Then in January 1990 she was chosen for the astronaut class, becoming an astronaut in July of 1991.

Her first flight began April 8, 1993, on the orbiter Discovery. She was mission specialist on the STS-56 Atmospheric Research flight, which was carrying the Atmospheric Laboratory for Applications and Science, known as Atlas-2. Ochoa was responsible for their primary payload, the Spartan 201 Satellite, and she operated the robotic arm to deploy and retrieve it. This satellite made forty-eight hours of independent solar observations to measure solar output and determine how the solar wind is produced.

Ochoa's technical assignments have also included flight-software verification in the Shuttle Avionics Integration Laboratory (SAIL), where she was crew representative for robotics development, testing and training, as well as crew representative for flight-software and computer-hardware development. Ochoa was on the STS-66 Atmospheric Laboratory for Applications and Science-3 (ATLAS-3) flight in November 1994. ATLAS-3 continues the Spacelab flight series to study the Sun's energy during an eleven-year solar cycle; the primary purpose of this is to learn how changes in the irradiance of the Sun affect the Earth's environment and climate. On this mission Ochoa was Payload Commander. She is currently based at the Lyndon B. Johnson Space Center in Houston, Texas.

Ochoa's most recent journey into space was on STS-96 Discovery (May 27 to June 6, 1999). During the ten-day mission, the crew performed the first docking to the International Space Station. Ochoa coordinated the transfer of supplies and also operated the Remote Manipulator System during the 8-hour space walk.

Ochoa is a member of the Optical Society of America and the American Institute of Aeronautics and Astronautics. She has received a number of awards from NASA including the NASA Group Achievement Award for Photonics Technology in 1991 and the NASA Space Flight Medal in 1993. In 1994, she received the Women in Science and Engineering (WISE) Engineering Achievement Award. She has also been recognized many times by the Hispanic community. Ochoa was the 1990 recipient of the National Hispanic Quincentennial Commission Pride Award. She was also given Hispanic magazine's 1991 Hispanic Achievement Science Award, and in 1993 she won the Congressional Hispanic Caucus Medallion of Excellence Role Model Award. Ochoa is also a member of the Optical Society of America, the American Institute of Aeronautics ands Astronautics, and Phi Beta Kappa and Sigma Xi honor societies.

Ochoa is married to Coe Fulmer Miles, a computer research engineer. They have two children. Outside of her space research, Ochoa counts music and sports as hobbies. She is an accomplished classical flautist--in 1983 she was the Student Soloist Award Winner in the Stanford Symphony Orchestra. She also has her private pilot's license and in training for space missions flies "back seat" in T-38 aircraft.

She's Lili's IDOL ^^


Lylie_Gorgeous

Rabu, 09 Maret 2011

Penyimpangan Sosial (Tugas Sosiologi)

BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Perampokan dan pencurian adalah prilaku penyimpangan social budaya yang terjadi
di tengah ±tengah masyarakat,yang sangat menggagu dan merugikan orang lain .sepetri yng
di beritakan pada Koran di halaman dapan . Masalah sosial muncul akibat terjadinya
perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat
menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah
sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti
tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain
sebagainya
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, perampokan ,pencurian dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

B.Ruang lingkup
Problematika sosial akan terus bergejolak sampai manusia itu akan berpisah antara
ruh dengan nyawa, namun ada faktor yang sangat bermakna dalam kehidupan yakni faktor
manusia dengan Tuhan.
Berbagai macam alasan yang terlontar ketika para pelaku penyimpangan social
tertangtangkap .dari alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari hingga keperluan
untuk membahagiakan sang pacar.namun perlu kita kaji lebih jauh bahwa penyimpangan
social terjadi adanya penularan kebudayaan di lingkungan di mana tinggal sebuah
komunitas. Seperti Penjambret maupun pencuri.


C.Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah berusaha untuk mengakji tindakan
kriminalitas yang merupakan tindakan penyimpangan social dan budaya di tengah ±tengah
masyarakat Indonesia yang berasaskan Pancasila .karena hal ini erat kaitanya dengan sistim
social dan buadaya yang terjadi di Indonesia.saya sadar bahwa makalah ini jauh dari
sempurna .untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan demi
sempurnanya makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Penyimpangan Sosial;

Penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang, sadar atau tidaksadar pernah kita
alami atau kita lakukan. Penyimpangan sosial dapat terjadi dimanapun dan dilakukan oleh
siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau
sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat.Suatu
perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan( d e v i a t i o n)adalah
segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri( c o n f o r m i t y )t er h a d a p
kehendak masyarakat.
Definisi Penyimpangan Sosial;
James W. Van Der Zanden; Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.
Robert M. Z. Lawang; Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.
Lemert (1951); Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk:
1. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)Penyimpangan yang dilakukan
seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri
penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara
berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.
2. Penyimpangan Sekunder (secondary deviation) Penyimpangan yang berupa
perbuatan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai
perilaku menyimpang. Pelaku didominasi oleh tindakan menyimpang tersebut,
karena merupakan tindakan pengulangan dari penyimpangan sebelumnya.
Penyimpangan ini tidak bisa ditolerir oleh masyarakat
4
Faktor Penyimpangan/masalah Sosial;
MenurutJ ames W. Van Der Zanden; faktor-faktor penyimpangan sosial adalah sebagai
berikut:
y
Longgar/tidaknya nilai dan norma. Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran
baik buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan
ukuran longgar tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto Penyimpangan/masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan
gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Penyimpangan/masalah social dapat terjadi di dasarkan pada pengertian kebudayaan
bahwa pada dasarnya kebudayaan selu bergerak (di namis) Semua kebudayaan mempunyai
dinamika atau gerak. Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup di dalam
masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi sebab dia
mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadinya
hubungan anta rkelompok manusia di dalam masyarakat.
B.Unsur-Unsur Kebudayaan
Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transport, dsb)
2. Mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi ( pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi dsb)
3. System kemasyarakatan ( system kekerabatan, organisasi politik, system hokum,
system perkawinan)
4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dsb)
6. Sistem pengetahuan
7. Religi (system kepercayaan)
Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat Ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
5
C. Peluang yang Memunculkan Motif Penyimpangan Sosial
Pada intinya, tingkat kejahatan di suatu negara berbanding lurus dengan kondisi
ekonomi, sosial, politik, budaya, dan hukumnya. Khusus untuk kejahatan seperti perampokan
dan pencurian, menurut sosiolog Budi Radjab, faktor ekonomi memegang peranan dominan
sebagai motivasinya. Gambarannya, faktor ekonomi menyumbangkan enam puluh persen
motif perampokan. Selebihnya, menurut dia, adalah motif-motif yang berbeda pada setiap
orang, termasuk membuktikan diri sebagai orang yang jago dalam kejahatan.Selain motif, hal
yang perlu digaris bawahi adalah adanya peluang yang bisa mendukung atau menghambat
motif calon perampok. Peluang tersebut tercipta lantaran kondisi masyarakat berupa
ketimpangan sosial dan ekonomi. Kecenderungan masyarakat yang semakin individualistis,
menurut dia, bukanlah faktor dominan."Coba lihat di negara-negara Eropa, Amerika, atau
Singapura. Mereka" cenderung individualistis tetapi tingkat kejahatan rendah. Kalaupun ada
perampokan, lebih pada kejahatan yang tidak berpola. Dengan kata lain, itu accident atau
kebetulan.
Kasus perampokan tidak berpola, ditandai dengan mudah ditangkapnya pelaku.
Biasanya kejahatan semacam itu terjadi di negara-negara dengan ketimpangan sosial dan
ekonomi yang tidak terlalu tinggi. Sebaliknya, perampokan berpola lebih banyak terjadi di
negara atau daerah dengan ketimpangan sosial dan ekonomi yang lebar. Keadaan itulah yang
memberi ruang bagi tumbuhnya motif-motif perampokan.Kasus perampokan beruntun di
kabupaten/kota, bisa dijadikan salah satu indikator kondisi masyarakatnya. "Akan tetapi,
harus bisa ditentukan dahulu kejahatan itu berpola atau tidak. Polisi pasti bisa
memastikannya," kata Budi Radjab.Jika memang berpola, bisa disimpulkan peluang
melakukan kejahatan di Indonesia sudah begitu lebar. Pemicunya tidak hanya ketimpangan
sosial dan ekonomi. "Kelengahan kepolisian dan sistem penjara selama ini juga turut
memberikan peluang kejahatan," katanya.Di Indonesia, keterbatasan jumlah penjara
menyebabkan dicampurnya para penjahat dari kelas teri hingga kelas kakap. "Pencuri kaus
dengan pencuri uang triliunan rupiah ditempatkan dalam satu sel. Itu peluang untuk
belajar,"ujar Budi. Hal tersebut berbeda dengan di Eropa dan Amerika yang membuat
pengate-gorian penjara untuk setiap tingkat kejahatan perihal sistem penjara seperti itu
dibenarkan pakar hukum dan kriminologi Yes-mil Anwar. Oleh karena itu, terlepas dari
terpola atau tidak, dia memprediksi pelaku perampokan .adalah pemain lama yang notabene
adalah residivis. "Penjara adalah sekolah kejahatan paling bagus. Memang ada pembinaan,
tetapi pada kenyataannya para pembinanya justru menjadi kacung yang dibina,"
6
katanya.Hasilnya, ketika keluar dari penjara, para penjahat di Indonesia cenderung akan lebih
pandai dari sebelumnya. Mereka pun cenderung membentuk jaringan baru selepas dari
tahanan.Di sisi lain, lemahnya penegakan hukum, baik di penjara maupun di luar penjara,
membuat residivis semakin leluasa bertindak. Terlebih, saat terjadi perampokan di Jawa
Barat tersebut, kepolisian tengah sibuk mengurus masalah internal.
Kasus perampokan,meskipun terjadi di daerah yang berbeda, memungkinkan dua
sampai tiga kelompok yang sama melakukan perampokan di tempat berbeda. Setiap
kelompok pun, bisa jadi, saling mengenal. "Akan tetapi, ini bukan organized crime (kejahatan
terorganisasi) oleh satu jaringan," ujarnya. Proses yang terjadi secara beruntun, menurut dia,
karena kejahatan itu adalah "penyakit menular". Dengan lingkungan yang mendukung,
seperti lengahnya kepolisian, penyakit itu tumbuh subur. "Kejahatan itu bisa dipelajari.
Ketika ada kelompok yang dengan mudah bisa mengelabui polisi, modusnya akan segera
dipelajari oleh kelompok lain. Polisi seharusnya lebih profesional. Patroli pun diperketat.
Jangan hanya ketika kapoldanya mau lewat," tuturnya
D. Perilaku menyimpang sebagai hasil proses sosialisasi nilai-nilai sub kebudayaan
menyimpang
Dalam proses sosialisasi, seseorang mungkin dipengaruhi oleh nilai-nilai
subkebudayaan yang menyimpang, sehingga terbentuklah perilaku menyimpang. Contoh :
seorang anak dibesarkan pada lingkungan yang menganggap perbuatan minum-minuman
keras, pelacuran, dan perkelahian sebagai hal yang biasa, maka anak tersebut akan melakukan
perbuatan menyimpang yang serupa. Menurut ukuran masyarakat luas, perbuatan anak
tersebut jelas bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, maka perbuatan anak tersebut
dapat dikategorikan menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut banyak berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat. Perilaku menyimpang dapat disebabkan oleh anomi. Secara
sederhana anomi diartikan sebagai suatu keadaan di masyarakat tanpa norma. Konsep anomi
yang dikemukakan oleh Emilie Durkheim adalah keadaan yang kontras antara pengaruh
subkebudayaan dengan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Seakan-akan tidak
mempunyai aturan-aturan untuk ditaati bersama. Keadaannya menjadi chaos atau kekacauan
yang sulit diatasi. Padahal cukup banyak aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam
masyarakat yang disebutk o n f o r m i t a s . Jika aturan ini dilanggar disebut deviasi. Apabila
pelanggaran sudah dianggap biasa, karena toleransinya pengawasan sosial, penyimpangan itu
akhirnya menjadi konformitas. Contoh: perbuatan menyuap penjaga lembaga pemasyarakatan

M enurut Robert K. M erton
keadaan anomi dapat menyebabkan penyimpangansosial. Dikatakan bahwa dalam
proses sosialisasi individu-individu belajar mengenal tujuan-tujuan penting dalam
kebudayaan dan juga mempelajari cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan
budaya tersebut. Anomi terjadi karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya
dengan cara-cara untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut Merton, ada lima tipologi
tingkah laku individu untuk menghadapi hal tersebut yaitu konformitas, inovasilitualisme,
pengasingan diri, dan pem-berontakan.
E.Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial adalah satu tindakan yang melanggar nilai dan norma social
sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna yang dijalani individu baik di
lingkungan keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Keberhasilan suatu proses
sosialisasi bagi individu, yaitu dengan ditunjangnya peranan orang dewasa (orang tua, guru,
dan tokoh masyarakat), situasi, media sosialisasi, dan sarana prasarana penunjang lainnya.
a. Peranan Orang Dewasa Orang dewasa yang tidak berhasil dalam menyediakan
akomodasi yang baik untuk kelancaran proses sosalisasi bagi generasi muda, dapat
berpengaruh negative pada pembentukan kepribadian seseorang, yakni perilaku yang
menyimpang dalam interaksi sosial. Seperti adanya larangan merokok untuk anak
atau siswa, akan tetapi yang melarangnya yaitu orang tua atau guru, setiap harinya
merokok, dan tentu saja larangan tersebut dianggap tidak adil bagi si anak tersebut,
sebagai akibatnya larangan tersebut dilanggarnya. Upaya peranan orang dewasa
dalam pencegahan dan pengendalian penyimpangan dapat dilakukan dengan cara
mendidik, mengajak, memberi contoh, dan bahkan memaksa melalui bentuk teguran,
pendidikan, ajaran agama, hukuman.
b. Peranan Situasi Lingkungan Situasi lingkungan yang dimaksud adalah situasi
lingkungan keluarga, teman sepermainan, sekolah, lingkungan kerja, dan media
massa. Dalam situasi lingkungan apabila individu tidak memperoleh kesempatan
untuk melakukan proses sosialisasi secara efektif dan tidak mempunyai kesempatan
untuk mengaktualisasikan nilai dan norma tersebut, maka cenderung individu tidak
melakukan proses sosialisasi yang tidak sempurna. Akhirnya mengarahkan ke bentuk
perilaku yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang dikekang dan selalu
diberlakukan secara tidak adil maka lambat laun si anak tersebut akan melakukan
tindakan yang negatif terhadap lingkungannya.
c. Peranan Kesempatan Sosialisasi Bila individu tersebut cenderung tidak mempunyai
kesempatan dalam melakukan sosialisasi secara sempurna, baik di keluarga,
masyarakat maupun lingkungan sekolah maka individu tersebut akan mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri dengan masyarakat dan lingkungannya. Misalnya,
anak yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali maka ia tidak akan mengetahui
perkembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, ataupun nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Proses sosialisasi berjalan tidak sempurna karena materi informasi
dan media sosialisasi yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan, selain itu
juga dapat mengakibatkan konflik pribadi pada diri seorang anak.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Perilaku menyimpang dalam konteks agama, secara ekstrem perilakunya diberikan
stempel sebagai pendosa atau orang sesat, termasuk ajaran dan faham yang disiarkannya
kepada masyarakat dianggap bertentangan dengan syariat maupun akidah agama disebut
sebagai ajaran sesat. Dalam beberapa bukunya, seperti yang tercamtum di bawah, Hery
Santoso (HS Harding) banyak mengungkapkan contoh kasus yang telah lama berkembang
dan tersembunyi di dalam kehidupan seharihari, terutama tentang perilakuperilaku yang
menyimpang di luar dari batas kelaziman dan social budaya yang menjadi kesepakatan
masyarakat.
Penyimpangan perilaku yang bersifat individual atau personal (pribadi) dan tidak
menggeret pada seseorang, orang kedua, atau pihak lain di luar dirinya, dapat terjadi
dikarenakan adanya pengaruh dari pengalaman di masa lalunya yang kebanyakan "kurang
menyenangkan", hingga menumbuhkan rasa (sense) semacam "virus" yang keliru di dalam
pandangan (persepsi dan interpretasi)nya.
C.Saran
Penyimpangan /permasalahan social yang terjadi di sekitar kita terjadi adanya
pengaruah informasi dan budaya yang di di hubungkan oleh budaya dari kelom[pok maupun
personal.untuk itu demi meyelematkan orang-orang yang kita sayangi dari perbuatan
penyimpangan social. Hendaknya kita lebih aktif untuk menjalin koordinasi dan mempererat
tali silahturohmi.serta mengutkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.semogqa kita
semua termasuk dari oarng yang selamat dari penyimpangan /masalah social.

DAF TAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
Jurnalskripsi.com



Lylie_Gorgeous